" Wilujeng Sumping Di Blog Simkuring "Abahvsan Abahvsan
News Update :
Home » » Pangeran Kornel Vs Daendels

Pangeran Kornel Vs Daendels

Penulis : Unknown on Selasa, 09 April 2013 | 13.52




Jika kita menelusuri jalan di ruas Cadas Pangeran, Kabupaten Sumedang, akan menemui sebuah monumen patung dua lelaki sedang bersalaman, uniknya, yang satu pakai tangan kanan, yang satu lagi pakai tangan kiri. Konon, yang menggunakan tangan kanan adalah Herman Willem Daendels, Gubernur Jendral Hindia Timur tahun 1808-1811, sementara yang menggunakan tangan kiri adalah Pangeran Kornel. Siapakah Pangeran Kornel, dan mengapa memakai tangan kiri?
Daendles, seperti diketahui adalah pemrakarsa pembangunan Jalan raya Pos (De Grote Postweg) dari Anyer ke Panarukan yang dimulai pada tahun 1808. Karena anggaran pembangunan terbatas, Daendels meminta (memerintahkan) para bupati untuk menyediakan tenaga kerja wajib tentu dengan upah murah, maka terjadilah mobilisasi besar-besaran tenaga kerja wajib dari masing-masing kabupaten. Mobilisasi kerja wajib yang lebih tepat dikatakan kerja paksa itu, ternyata banyak memunculkan terjadinya ketegangan antara penduduk pribumi dan penguasa Belanda.  Ketegangan terjadi karena para pekerja menanggung beban kerja amat berat, apalagi dalam kondisi perbekalan yang minim, upah yang sangat kecil, peralatan terbatas dan di banyak lokasi  harus menembus medan yang amat berat.
Ketegangan itu pula yang muncul tatkala pembangunan jalan harus  menembus ruas Cadas Pangeran, Kabupaten Sumedang, di mana para pekerja harus membelah bukit di medan yang curam, dengan peralatan amat sederhana, berupa linggis!
Alkisah, Bupati Sumedang saat itu, Pangeran Kusumadinata IX atau yang dikenal sebagai Pangeran Kornel, tidak rela, tak berkenan, melihat rakyatnya diperlakukan semena-mena dalam pembangunan jalan itu, dan dia pun menumpahkan kekesalannya itu kepada Daendels ketika Daendels sedang menginspeksi pembangunan jalan di ruas Cadas pangeran. Diceritakan bahwa ketika menyambut Daendels, Pangeran Kornel berjabat tangan dengan tangan kiri sementara tangan kanannya memegang keris, seolah-olah menantang. Jabat tangan yang tak lazim itu, tidak sekedar menunjukkan protes Pangeran Kornel terhadap Daendels, tetapi juga sebagai ancaman.
Keberanian Pangeran Kornel itu kini diabadikan melalui patung yang terletak di batas ruas Cadas Pangeran, dan merupakan salah satu kebanggaan rakyat Sumedang hingga sekarang.

Bukan Daendels?
Namun, Sejarawan Djoko Marihandono (UI) berujar, kepahlawanan Pangeran Kornel dibangun dengan pijakan cerita rakyat sehingga memiliki banyak peluang untuk di kritisi. Berdasarkan prinsip dekontruksi, sejarah harus dibangun di atas bukti, seperti arsip.Dalam tradisi administrasi kolonial, setiap peristiwa penting di daerah yang berkaitan dengan pemerintah, pasti akan langsung dilaporkan . Pertemuan antara pangeran Kornel dan Daendels bisa dianggap penting mengingat Pangeran Kornel berani bersalaman menggunakan tangan kiri. Namun, ternyata tak ada satu pun arsip yang menyebut pertemuan tersebut.
Djoko menyimpulkan, dengan melihat prasasti yang menyebut bahwa Cadas pangeran dibobok pada  26 November 1812, patut diduga bahwa yang datang meninjau pembangunan jalan dan bersalaman dengan Pangeran Kornel bukanlah Daendels, karena Daendels sudah meninggalkan Nusantara pada 29 Juli 1811. Wassalam.
Share this article :

+ komentar + 1 komentar

Deni
15 April 2013 pukul 11.22

Mengenang masa lalu...... :)

Posting Komentar

~Kata-Kata Bijak~

Jauhilah dengki, karena dengki memakan amal kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar. (Nabi Muhammad SAW)

Allah tidak melihat bentuk rupa dan harta benda kalian, tapi Dia melihat hati dan amal kalian. (Nabi Muhammad SAW)

Pahlawan bukanlah orang yang berani menetakkan pedangnya ke pundak lawan, tetapi pahlawan sebenarnya ialah orang yang sanggup menguasai dirinya dikala ia marah. (Nabi Muhammad SAW)

Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, seseorang tidak beriman hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. (Nabi Muhammad SAW)

Yang terbaik di antara kalian adalah mereka yang berakhlak paling mulia. (Nabi Muhammad SAW)

Tiga sifat manusia yang merusak adalah : kikir yang dituruti, hawa nafsu yang diikuti, serta sifat mengagumi diri sendiri yang berlebihan. (Nabi Muhammad SAW)

Seseorang tidak bisa dipegang amanahnya sehingga lurus lisannya, dan dia tidak lurus lisannya sehingga lurus hatinya. (al Hasan al Bashri/Al Adab asy Syar’iyyah, Ibnu Muflih)

Tidaklah aku melihat seseorang yang takabbur terhadap yang berada dibawahnya melainkan dia ditimpakan oleh Allah kehinaan melalui orang lain yang lebih tinggi darinya. (Abu Hatim al Basati/ Raudhatul ‘Uqala’, Ibnu Hibban)

Kecintaan kepada Allah melingkupi hati, kecintaan ini membimbing hati dan bahkan merambah ke segala hal. (Imam Al Ghazali)

Sesungguhnya apabila badan sakit maka makan dan minum sulit untuk tertelan, istirahat dan tidur juga tidak nyaman. Demikian pula hati apabila telah terbelenggu dengan cinta dunia maka nasehat susah untuk memasukinya. (Malik bin Dinar/Hilyatul Auliyaa’)

Setiap orang di dunia ini adalah seorang tamu, dan uangnya adalah pinjaman. Tamu itu pastilah akan pergi, cepat atau lambat, dan pinjaman itu haruslah dikembalikan. (Ibnu Mas’ud)

Berteman dengan orang bodoh yang tidak mengikuti ajakan hawa nafsunya adalah lebih baik bagi kalian, daripada berteman dengan orang alim tapi selalu suka terhadap hawa nafsunya. (Ibnu Attailllah as Sakandari)

Kejahatan yang dibalas dengan kejahatan pula adalah sebuah akhlaq ular, dan kalau kebajikan dibalas dengan kejahatan itulah akhlaq buaya, lalu bila kebajikan dibalas dengan kebajikan adalah akhlaq anjing, tetapi kalau kejahatan dibalas dengan kebajikan itulah akhlaq manusia. (Nasirin)

Sabar memiliki dua sisi, sisi yang satu adalah sabar, sisi yang lain adalah bersyukur kepada Allah. (Ibnu Mas’ud)

Aku tertawa (heran) kepada orang yang mengejar-ngejar dunia padahal kematian terus mengincarnya, dan kepada orang yang melalaikan kematian padahal maut tak pernah lalai terhadapnya, dan kepada orang yang tertawa lebar sepenuh mulutnya padahal tidak tahu apakah Tuhannya ridha atau murka terhadapnya. (Salman al Farisi/Az Zuhd, Imam Ahmad)

Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar. (Khalifah ‘Umar)

Tanda cinta kepada Allah adalah banyak mengingat (menyebut)-Nya, karena tidaklah engkau menyukai sesuatu kecuali engkau akan banyak mengingatnya. (Ar Rabi’ bin Anas/ Jami’ al ulum wal Hikam, Ibnu Rajab)

Orang yang suka berkata jujur akan mendapatkan 3 hal, yaitu : KEPERCAYAN, CINTA dan RASA HORMAT. (Sayidina Ali bin Abi Thalib)

Ketahuilah bahwa sabar, jika dipandang dalam permasalahan seseorang adalah ibarat kepala dari suatu tubuh. Jika kepalanya hilang maka keseluruhan tubuh itu akan membusuk. Sama halnya, jika kesabaran hilang, maka seluruh permasalahan akan rusak. (Sayidina Ali bin Abi Thalib)

Ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu akan menjaga engkau dan engkau menjaga harta. Ilmu itu penghukum (hakim) sedangkan harta terhukum. Kalau harta itu akan berkurang apabila dibelanjakan, tetapi ilmu akan bertambah apabila dibelanjakan. (Sayidina Ali bin Abi Thalib)

Takutlah kamu akan perbuatan dosa di saat sendirian, di saat inilah saksimu adalah juga hakimmu. (Sayidina Ali bin Abi Thalib)

Orang yang paling aku sukai adalah dia yang menunjukkan kesalahanku. (Umar bin Khattab)

Niat adalah ukuran dalam menilai benarnya suatu perbuatan, oleh karenanya, ketika niatnya benar, maka perbuatan itu benar, dan jika niatnya buruk, maka perbuatan itu buruk. (Imam An Nawawi)

Aku mengamati semua sahabat, dan tidak menemukan sahabat yang lebih baik daripada menjaga lidah. Aku memikirkan tentang semua pakaian, tetapi tidak menemukan pakaian yang lebih baik daripada takwa. Aku merenungkan tentang segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan yang lebih baik daripada memberi nasihat baik. Aku mencari segala bentuk rezki, tapi tidak menemukan rezki yang lebih baik daripada sabar. (Sayidina Umar bin Kattab)

Dia yang menciptakan mata nyamuk adalah Dzat yang menciptakan matahari. (Bediuzzaman Said Nursi)

Menghidupkan kembali agama berarti menghidupkan suatu bangsa. Hidupnya agama berarti cahaya kehidupan. (Bediuzzaman Said Nursi)

Penderitaan jiwa mengarahkan keburukan. Putus asa adalah sumber kesesatan; dan kegelapan hati, pangkal penderitaan jiwa. (Bediuzzaman Said Nursi)

Kebersamaan dalam suatu masyarakat menghasilkan ketenangan dalam segala kegiatan masyarakat itu, sedangkan saling bermusuhan menyebabkan seluruh kegiatan itu mandeg. (Bediuzzaman Said Nursi)

Seseorang yang melihat kebaikan dalam berbagai hal berarti memiliki pikiran yang baik. Dan seseoran yang memiliki pikiran yang baik mendapatkan kenikmatan dari hidup. (Bediuzzaman Said Nursi)

Orang yang terkaya adalah orang yang menerima pembagian (takdir) dari Allah dengan senang hati. (Ali bin Husein)

Pangkal dari semua kebaikan di dunia maupun di akhirat adalah taqwa kepada Allah. (Abu Sualeman Addarani)

Sesungguhnya seorang hamba itu bila merasa ujub karena suatu perhiasan dunia, niscaya Allah akan murka kepadanya hingga dia melepaskan perhiasan itu. (Sayidina Abu Bakar)

Barangsiapa takut kepada Allah SWT niscaya tidak akan dapat dilihat kemarahannya. Dan barangsiapa takut pada Allah, tidak sia-sia apa yang dia kehendaki. (Sayidina Umar bin Khattab)

Orang yang bakhil itu tidak akan terlepas daripada salah satu daripada 4 sifat yang membinasakan yaitu : Ia akan mati dan hartanya akan diambil oleh warisnya, lalu dibelanjakan bukan pada tempatnya atau; hartanya akan diambil secara paksa oleh penguasa yang zalim atau; hartanya menjadi rebutan orang-orang jahat dan akan dipergunakan untuk kejahatan pula atau; adakalanya harta itu akan dicuri dan dipergunakan secara berfoya-foya pada jalan yang tidak berguna. (Sayidina Abu Bakar)

Orang yang banyak ketawa itu kurang wibawanya. Orang yang suka menghina orang lain, dia juga akan dihina. Orang yang mencintai akhirat, dunia pasti menyertainya. Barangsiapa menjaga kehormatan orang lain, pasti kehormatan dirinya akan terjaga. (Sayidina Umar bin Khattab)

Antara tanda-tanda orang yang bijaksana itu ialah : 1. Hatinya selalu berniat suci. Lidahnya selalu basah dengan zikrullah. 2. Kedua matanya menangis kerana penyesalan (terhadap dosa). 3. Segala perkara dihadapinya dengan sabar dan tabah. 4. Mengutamakan kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia. (Sayidina Utshman bin Affan)

Cintailah kekasihmu sekedarnya saja, siapa tahu nanti akan jadi musuhmu. Dan bencilah musuhmu sekedarnya saja, siapa tahu nanti akan jadi kekasihmu. (Ali bin Abi Thalib)

Engkau berbuat durhaka kepada Allah, padahal engkau mengaku cinta kepada-Nya? Sungguh aneh keadaan seperti ini. Andai kecintaanmu itu tulus, tentu engkau akan taat kepada-Nya. Karena sesungguhnya, orang yang mencintai itu tentu selalu taat kepada yang ia cintai. (A’idh Al-Qorni)

Keluarlah dari dirimu dan serahkanlah semuanya pada Allah, lalu penuhi hatimu dengan Allah. Patuhilah kepada perintahNya, dan larikanlah dirimu dari laranganNya, supaya nafsu badaniahmu tidak memasuki hatimu, setelah itu keluar, untuk membuang nafsu-nafsu badaniah dari hatimu, kamu harus berjuang dan jangan menyerah kepadanya dalam keadaan bgaimanapun juga dan dalam tempo kapanpun juga. (Syekh Abdul Qodir al-Jaelani)

Orang yang terkaya adalah orang yang menerima pembagian (taqdir) dari Allah dengan senang hati. (Ali bin Husein)

Siapa yang tidak mensyukuri nikmat Tuhan ,maka berarti berusaha untuk menghilangkan nikmat itu, dan siapa yang bersyukur atas nikmat itu berarti telah mengikat nikmat itu dengan ikatan yang kuat kukuh. (Al Hikam)

Janganlah kamu melihat kepada kecilnya kesalahan, tetapi lihatlah kepada maha besarNya Dzat yang kamu tentang. (Bilal bin Sa’ad)

Apabila melaksanakan perintah Allah SWT, maka tanggalkanlah pandangan manusia yang tertuju kepadamu, dan tinggalkanlah kepentingan pribadimu,semua hendaknya engkau tujukan semata-mata kepada Allah saja. (Abdul Qadir Jailani)

Tidak ada kebaikan bagi pembicaraan kecuali dengan amalan. Tidak ada kebaikan bagi harta kecuali dengan kedermawanan. Tidak ada kebaikan bagi sahabat kecuali dengan kesetiaan. Tidak ada kebaikan bagi shadaqah kecuali niat yang ikhlas. Tidak ada kebaikan bagi kehidupan kecuali kesehatan dan keamanan. (Al-Ahnaf bin Qais)

 
Copyright © 2011. Tetap Semangat . All Rights Reserved.
Design Template by abahvsan | Support by creating website | Powered by Blogger